Thursday, January 29, 2015

Pemuda Dalam Tantangan GLOBAL




Tak bisa kita pungkiri bahwa keberadaan pemuda sangat strategis dalam keberlangsungan kehidupan bangsa indonesia. Sejarah mencatat pemuda memiliki peran andil yang besar dalam perjalanan bangsa ini sejak masa pra kemerdekaan,kemerdekaan,orde lama,orde baru dan orde reformasi saat ini. Maka tak salah pemuda disematkan dalam retorika merupakan generasi harapan bangsa,generasi penerus harapan bangsa dan generasi pewaris bangsa.
Peranan sentral pemuda tidak hanya sebatas sebagai harapan bangsa yang diharapkan mampu meneruskan tampuk kepemimpinan untuk membawa bangsa ini ke arah lebih baik. Namun pemuda juga ditasbihkan menjadi agent of control terhadap segala bentuk kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Pemuda harus bisa memposisikan diri sebagai garda terdepan dalam mengawasi dan mengontrol terhadap segala kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang tentunya demi kemaslahatan bersama. Bilamana pemerintah mengambil kebijakan kurang sesuai dengan realita masyarakat, maka pemuda dituntut sebagai kelompok yang paling kritis dalam menilai kebijakan sehingga perevisian kebijakan pun bisa diwujudkan
Tetapi,seiring dengan pesatnya kemajuan zaman yang mengubah semua tatanan kehidupan telah menguburkan peran sentral pemuda sebagai agent of change,pewaris kursi tahta kepemimpinan dan sebagai tulang punggung bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya terus berbenah diri dalam proses pembangunan,modernisasi,industrialisasi dan kontak-kontak budaya global akibat terperangkapnya dalam era globalisasi. Masyarakat Indonesia pada umumnya dan pemuda pada khususnya tak pelak menghadapi persoalan krusial era globalisasi. Terdapat banyak persoalan yang menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua yang secara imperatively functional harus diatasi oleh masyarakat Indonesia yang berkaitan dengan generasi muda termasuk kelompok pemudanya.
Dari Aspek Ekonomi
Tingginya angka pengangguran di Indonesia akibat dari minimnya penyerapan tenaga kerja dan sekaligus diperparah dengan rusaknya sistem perekonomian bangsa.  Sebagai imbasnya kondisi kemiskinan terus menghantui nasib generasi yang akan datang. Kondisi ini merupakan dampak secara langsung maupun tidak langsung dari pertumbuhan demografik yang sangat pesat yang tidak diiringi dengan pertumbuhan ekonomi yang seimbang dan penyediaan lapangan kerja yang memadai seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam konteks ini, pemuda menjadi korban dari pengangguran karena sekita 80% daripada penganggur muda merupakan pencari kerja pertama kali. Disamping itu juga faktor internal juga ikut mempengaruhi dalam meningkatnya pengangguran seperti suburnya praktik-praktik deviatif seperti korupsi dan sebangsanya disamping “work-skills” tenaga kerja yang kurang kompetitif.
Sosial Budaya
Penggunaaan narkoba yang semakin mengkhawatirkan dikalangan generasi muda Indonesia sebagai potret hitam pesatnya pertumbuhan dan perkembangan era globalisasi yang sulit terelakkan dan tak ada sekat untuk membatasi era global tersebut. Penyebaran dan peredaran narkoba saat ini bukan lagi berbicara dalam ruang lingkup wilayah Indonesia saja. Tetapi sudah melewati lintas negara dari belahan dunia manapun. Kondisi era global yang acap kali disebut sebagai “kebebasan tanpa batas” sebagai salah satu pemicu fenomena kenakalan dan kriminalitas kaum muda (juvenile delinquency an criminality). Kenakalan remaja dengan berbagai modus operandinya seperti:kebut-kebutan,mabuk  mabukkan,pemerkosaan,kriminalitas,penggunaan obat-obatan terlarang,free sex dan perilaku demoral lainnya merupakan contoh bagaimana pemuda mengalami “disorientasi normative” dan “disorientasi kultural pada skala sangat memprihatinkan.
Disamping terjadinya demoralisasi pada pemuda ada sesuatu hal yang tak kalah penting untuk dibahas dan dipahami bersama. Tanpa kita sadari atau tidak rasa nasionalisme terhadap bangsa Indonesia pada diri pemuda kian luntur. Kondisi ini secara sosiologik merupakan dampak dari kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya yang “memprihatinkan” dan “deprivatif”. Rasa kebanggaan akan kehebatan dan keunguulan historik bangsanya mulai lepas dari kepribadian pemuda. Sebaliknya sikap “apatisme sosial”, social ignorance”,  “kecuekan sosial”, “masa bodoh”,tumbuh subur dan mengarah pada denasionalisme dan disorientasi politis generasi muda.
Fred Halliday dalam artikelnya “Nationalism”  menggaris bawahi beberapa faktor menggeser semangat nasionalisme dalam diri pemuda. Salah satunya adalah ancaman global yang tiap waktu akan selalu datang dan tanpa mengenal siapapun. Ancaman global merupakan manifestasi dampak era globalisasi. Sebagai gambaran dimana pemuda saat ini dengan bangganya menginternalisasi nilai-nilai budaya luar dibandingkan dengan budaya lokal sendiri.
Sosial Keagamaan
Dalam kenyataannnya ,telah terjadi pergeseran kualitas pada pemuda terhadap nilai-nilai keagamaan. Patut kita amini bahwa telah terjadinya perilaku sekuler pada sebagian kaum muda. Agama kerap kali dipisahkan dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Nilai dan norma agama kerap kali dipersepsikan sekedar persoalan akhirat saja. Lambang-lambang keagamaan,lebih jauh, seperti ungkapan-ungkapan religius,model busana,dan life style lainnya seringkali difungsikan hanya sebagai mode tradisi yang meng-arus (current tradition). Ssebagai contoh ketika bulan Ramadhan datang sebagian pemuda baik pria atau wanita menggunakan pakaian-pakaian sehari-hari sesuai tuntunan syari’at silam sehingga terlihat anggun dan islami. Namun ketika diluar aktivitas keagamaan,mereka kembali menggunakan pakaian seronok,transparan, vulgar yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

Akhirnya,melakukan internalisasi terhadap nilai-nilai religius yang terkandung dalam ideologi Pancasila kepada pemuda dapat menguatkan pemuda terhadap berbagai ancaman global sekaligus sebagai filter terhadap segala bentuk intrik-intrik globalisasi. Peningkatan wawasan dan kesadaran generasi muda terhadap adanya sifat multikultural bangsa Indonesia sebagai salah satu pemahaman fundamental bagi pemuda agar pemuda dapat memilah dan memilih mana yang baik dan buruk terhadap arus globalisasi.

( IMMawan Agus Arianto )